Selasa, 27 November 2012

Tindakan yang Dapat Merusak Tauhid

Hal utama yang menyatakan keimanan seseorang tentunya adalah pengakuan “Laa ilaaha illa Allah” dan bentuk realisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang tidak dapat dikatakan beriman hanya dengan menyatakan kalau dia beriman kepada Allah, namun dalam kehidupan sehari-harinya masih melakukan hal-hal yang “berbau” syirik. Allah Ta’ala berfirman:


”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An Nisaa’: 48)

Berdasarkan Firman Allah di atas, tentunya balasan bagi orang yang syirik tidaklah ringan. Karena barangsiapa yang terjerumus kedalamnya Allah mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka. Sebagai umat muslim, tentunya tidak seorangpun yang menginginkan tempat kembalinya adalah neraka, oleh karenanya perlu kita renungi lagi segala tindak tanduk kita selama ini. Menurut buku “Benteng Tauhid”, dengan pengarangnya yang terdiri dari beberapa ulama yaitu syekh Abdul Rahman As Sa’dy, Syekh Abdul Aziz bin Baaz, Syekh Muhammad Shaleh Al Utsaimin dan Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Al Jabrin, ada beberapa hal yang dapat merusak tauhid, diantaranya yaitu:

1. Memakai penangkal dengan tujuan menolak bala atau menghilangkannya

2. Mantera-mantera bid’ah dan jimat-jimat. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya jampi-jampian, jimat-jimat dan pelet (guna-guna) adalah syirik” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Termasuk disini meletakkan mushaf  (Al-Qur’an) atau menggantungkan kertas atau benda lain yang bertuliskan lafzhul jalalah dengan keyakinan bahwa (tindakan) itu dapat menjaganya dari segala yang tidak diinginkan.

3. Meminta berkat (tabarruk) kepada seseorang atau kepada benda, bahkan Ka’bah sendiri dengan tujuan 
    untuk mencari berkah.

Umar bin Khattab ketika mencium Hajarul Aswad pernah berkata: “Sesungguhnya aku tahu, bahwa kamu adalah sebuah batu yang tidak dapat memberi manfaat dan ma-dharat. Kalau bukan karena aku pernah melihat Rasulullah SAW menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu”.

4. Menyembelih atas nama selain Allah, ini merupakan syirik besar (akbar).

5. Bernadzar kepada selain Allah.

6. Meminta tolong dan perlindungan kepada selain Allah.

7. Sikap berlebih-lebihan terhadap wali-wali atau berkeyakinan bahwa mereka orang yang ma’shum 
    (terpelihara dari berbuat dosa).

8. Melakukan thawaf di kuburan

9. Membangun kuburan, membuat kubah-kubah dan masjid di atasnya serta memplesternya (dengan 
    keramik, pualam dll).

10. Memakai sihir, mendatangai tukang sihir, tukang tenung, paranormal dan yang sama dengan mereka.

11. Percaya kepada pertanda baik atau buruk.

12. Terlalu menggantungkan harapan (nasib) kepada sebab (usaha), seperti menggantungkan nasib kepada 
      dokter tanpa menghiraukan sikap tawakkal kepada Allah.

13. Meramalkan kejadian yang akan datang dengan perantaraan bintang-bintang.

14. Meminta hujan dengan perantaraan bintang-bintang, planet-planet dan musim-musim.

15. Memberikan rasa cinta atau takut mutlak kepada makhluk.

16. Tidak merasa khawatir kepada azab Allah atau berputus asa dari rahmat-Nya.

17. Tidak sabar, jengkel dan tidak menerima qadar (ketentuan) Allah.

18. Berbuat amal kebajikan karena riya.

19. Mengikuti ulama atau pemimpin dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

20. Perkataan: “Karena kehendak Allah dan kehendakmu”, atau: “Kalau bukan karena Allah dan karena si 
      anu”, atau: “Saya bergantung kepada Allah dan kepadamu”. Padahal ia mesti menggunakan kata 
      “kemudian” (sebagai ganti kata “dan”) dalam ungkapan-ungkapan di atas.

21. Mencela masa, zaman, hari dan bulan.

22. Meremehkan agama, rasul-rasul, Al-Qur’an dan sunnah.

23. Memberikan nama seseorang dengan “Abdun Nabi (Hamba Nabi)”. Akan tetapi nama yang 
      mengandung ‘ubudiyah (makna penghambaan) mesti disandarkan kepada nama Allah semata.

24. Melukis gambar-gambar makhluk bernyawa dan mengagungkannya.

25. Meletakkan gambar salib, melukis atau membiarkannya menempel di pakaian tanpa mengingkarinya.

26. Memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir dan munafik.

27. Menghukum dengan selain hukum Allah dan menempatkan undang-undang (buatan manusia) pada 
      posisi hukum syariat-Nya, dengan keyakinan kalau undang-undang tersebut lebih relevan untuk 
      dijadikan hukum positif dari hukum Syariat Allah.

28. Bersumpah atas nama selain Allah.
 
Mengingat begitu kerasnya hukuman Allah bagi perbuatan syirik tentunya segala tindak tanduk kita selama ini perlu lebih dicermati lagi. Jangan sampai hanya karena mengikuti “tradisi” turun temurun, kita sampai terjerumus ke hal-hal yang berbau syirik. Kesahihan dari hadits yang kita jadikan pegangan dalam menjalankan ibadah juga perlu lebih diperhatikan, semua itu semata-mata agar terhindar dari perbuatan syirik maupun bid’ah

0 komentar:

Posting Komentar