Rabu, 31 Oktober 2012

Masjid Tan'em - Tempat Miqat

Sebelum melaksanakan ibadah umrah, diwajibkan terlebih dahulu untuk berniat melaksanakan ibadah umrah. Berniat hanya bisa dilakukan ditempat-tempat miqat tertentu. Salah satu tempat miqat yang paling dekat dengan Masjidil Haram yaitu Masjid Tan'im.


Di depan Masjid Tan'im
Untuk menuju Masjid Tan'im dapat dengan menggunakan jasa taksi yang biasanya banyak terdapat di depan hotel. Dan tak perlu khawatir, biayanyapun cukup murah, yaitu hanya 6 riyal untuk perjalanan pulang pergi....:D. Masjid Tan'im juga dikenal dengan sebutan Masjid Aisyah, karena pada awalnya miqat di tempat ini dipergunakan oleh Aisyah RA.


Masjid Tan'im

Sabtu, 20 Oktober 2012

Buku Biologi SMA Kelas XI

Buku Biologi SMA Kelas XI




Kelas 11
Pengarang Fictor Ferdinand P., Moekti Ariebowo
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 11
Pengarang Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, Ari Wijayati
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 11
Pengarang Renni Diastuti
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 11
Pengarang Rikky Firmansyah, Agus Mawardi H., M. Umar Riandi
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 11
Pengarang Eva LH., Widi P., Tintin A., Ida H., Riana Y., DP
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 11
Pengarang Suaha Bakhtiar
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2011

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 11
Pengarang Purnomo, Sudjino, Trijoko, Suwarno, Hadi Susanto
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Kelas 11
Pengarang Suaha Bakhtiar
Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2011
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelas 11
Pengarang Endang Sri Lestari, Idun Kistinnah
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

Buku Biologi SMA Kelas X

Buku Biologi SMA Kelas X




Kelas 10
Pengarang Fictor Ferdinand P., Moekti Ariebowo
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelas 10
Pengarang Rikky Firmansyah, Agus Mawardi H., M. Umar Riandi
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kelas 10
Pengarang Subardi, Nuryani, Shidiq Pramono
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelas 10
Pengarang Ari Sulistyorini
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelas 10
Pengarang Idun Kistinnah, Endang Sri Lestari
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelas 10
Pengarang Suwarno
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelas 10
Pengarang Moch Anshori, Djoko Martono
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009


PEMANASAN GLOBAL DAN CARA MENGATASINYA


Setiap harinya permukaan bumi menerima panas dari matahari, yang kemudian akan diserap oleh permukaan bumi dan sebagian lagi akan dipantulkan kembali. Pemantulan kembali panas dari matahari tersebut bertujuan agar panas yang diterima oleh permukaan bumi tidak terlalu tinggi, sehingga keseimbangan ekosistem yang ada di bumi terjaga. Namun apabila panas dari matahari tersebut tidak dipantulkan kembali, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang biasa disebut dengan pemanasan global.

Pemanasan global ditandai dengan adanya peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, peningkatan suhu ini terjadi karena panas matahari yang seharusnya dipantulkan kembali, terperangkap di atmosfer bumi. Menurut earth observatory (2011) suhu rata-rata dipermukaan bumi meningkat dari 0,6 sampai 0,9 derajat celcius diantara tahun 1906 sampai 2005, dan kenaikan suhu hampir dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Terperangkapnya panas matahari berupa radiasi di atmosfer tersebut menurut Junaidi (2010) dikarenakan menumpuknya jumlah gas rumah kaca. Dengan adanya penumpukan gas rumah kaca tersebut, maka radiasi gelombang yang dipancarkan bumi akan diserap dan dipantulkan kembali sehingga tersimpan di permukaan bumi. 

Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global diantaranya yaitu uap air yang menyebabkan sekitar 36-70% dari efek rumah kaca, karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan 9-26%, metana (CH4) yang menyebabkan 4-9% dan ozon (O3) yang menyebabkan 3-7% dari efek rumah kaca (Wikipedia, 2011).

Peristiwa pemanasan global dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan, diantaranya berupa bencana dan fenomena alam yang semakin tidak terkendali. Oleh karena itu upaya untuk mengatasi semakin meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi harus segera dilakukan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi pemanasan global salah satunya yaitu dengan meningkatkan kesadaran pada diri masing-masing untuk menjaga lingkungan. Diantaranya yaitu dengan menggunakan barang-barang yang dapat di daur ulang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan barang yang dapat di daur ulang, secara tidak langsung akan mengurangi produksi sampah. Dengan berkurangnya produksi sampah, maka produksi gas metana juga akan ikut berkurang. Karena menurut Alpensteel (2011) 1 ton sampah dapat menghasikan 50 kg gas metana, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 apabila sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau sekitar 190 ribu ton/tahun, akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Apabila setiap orang mampu mengurangi sampah yang dihasilkannya setiap hari, tentu juga akan mengurangi emisi gas metana sehingga penumpukan gas rumah kaca dapat berkurang.

Selain metana (CH4), karbon dioksida (CO2) juga berperan sebagai gas rumah kaca. Adanya karbon dioksida (CO2) sebenarnya tidak akan berdampak buruk apabila hutan dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Tetapi kenyataannya semakin banyak hutan yang mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan konsentrasi karbon dioksida (CO2) semakin meningkat. Kerusakan hutan ini disebabkan karena tingkat kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan yang masih sangat rendah. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan.

Hutan yang mengalami kerusakan dapat disatbilkan melalui proses suksesi. suksesi berupa perkembangan ekosistem yang tidak seimbang, atau berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula (Arianto, 2008). Proses suksesi dapat terjadi secara alami dengan adanya bantuan hewan yang berperan dalam penyebaran biji, salah satunya yaitu burung pemakan buah.

Selain burung pemakan buah, musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) juga berperan dalam menyebarkan biji kopi. Musang yang memakan buah kopi, kemudian akan  mengeluarkan bijinya melalui kotoran. Dengan begitu secara tidak langsung akan terjadi penyebaran biji ke berbagai daerah sesuai dengan daerah jelajah musang, biji tersebut kemudian akan tubuh dan berkembang sehingga hutan yang gundul menjadi rindang kembali. Dengan semakin banyaknya hutan yang rindang, secara tidak langsung akan membantu mengurangi konsentrasi gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Oleh karena itu segala komponen yang ada pada ekosistem harus di jaga agar tetap seimbang sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

REFERENSI

Alpensteel. 2011. Penyebab Pemanasan Global pada Bumi. http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1582--penyebab-pemanasan-global-pada-bumi.html .  (30 Maret 2011).

Arianto. 2008. Pengertian Suksesi. http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html.  (30 Maret 2011).

Earth Observatory. 2011. Global Warming.  http://earthobservatory.nasa.gov/Library/GlobalWarming/. (30 Maret 2011).

Junaidi, Wawan. 2010. Penyebab Pemanasan Global. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/05/penyebab-pemanasan-global-atau-global.html.  (30 Maret 2011).

Partasasmita, Ruhyat. 2010. Ekologi Burung Pemakan Buah dan Peranannya Sebagai Penyebar Biji. http://www.scribd.com/doc/8757129/Ekologi-Burung-Pemakan-Buah-Dan.  (30 Maret 2011).

Setia, Tatang Mitra. 2008. Penyebaran Biji Oleh Satwa Liar di Kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.  http://biologi.unas.ac.id:8080/web_biologi/publikasi/Penyebar%20biji.pdf . (30 Maret 2011).

Wikipedia. 2011. Perubahan Suhu. http://en.wikipedia.org/wiki/Global_warming.  (30 Maret 2011).




Hutan Kota, Sebagai Prasarana Pendidikan Lingkungan

Kalau kita perhatikan, sekarang ini semakin banyak kerusakan yang terjadi di lingkungan sekitar. Di pinggir-pinggir jalan biasa ditemukan sampah-sampah yang berserakan, hutan yang dulunya rimbun dengan pepohonan sekarang berubah menjadi perumahan penduduk dan air sungai yang dulunya jernih sekarang menjadi keruh. Dalam 15 tahun terakhir kerusakan hutan di Kalsel sudah mencapai 1,174 juta hektar pertahun pada periode 2003-2007. Kerusakan tersebut mengakibatkan banjir dan longsor sehingga selama 2007 di Kalsel terjadi banjir sebanyak 32 kali dan diperkirakan akan terus meningkat sepanjang tahun (Kompas, 2009). Penyebabnya tidak lain karena ulah manusia.

Namun tidak cukup sampai di sana, lingkungan terus “tersakiti” dengan adanya pencemaran. Pemandangan sungai dengan banyak sampah menjadi pemandangan yang kerapkali kita temui, dikarenakan pola pikir masyarakat yang menjadikan sungai sebagai “tempat sampah”, terutama bagi masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai. Sungai biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk mencuci, mandi, buang hajat bahkan ada yang mengambil air sungai untuk diminum. Akibatnya apabila sungainya tercemar, akan berakibat bagi kesehatan masyarakat.

Berdasarkan penelitian Kementrian Lingkungan Hidup, sungai di Kalsel termasuk golongan tercemar berat ketiga se Indonesia, setelah Jakarta dan Kalteng. Dengan sungai Barito yang memiliki kandungan air raksa (Hg) tertinggi yaitu 0,751, dibandingkan dengan standar baku mutu yakni 0,001. Pencemaran ini dikarenakan penggunaan sungai Barito untuk mengangkut batubara serta dari limbah rumah tangga seperti baterai (Banjarmasinpost, 2011). Kandungan zat berbahaya ini tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan. 

Walaupun semua kerusakan sudah tampak di depan mata, namun penanganannya masih belum optimal. Ini dikarenakan semua pihak saling menyalahkan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Pemerintah kerapkali menyalahkan masyrakat sebagai penyebab pencemaran lingkungan karena kegiatan mereka sehari-hari yang kurang ramah lingkungan seperti buang sampah sembarangan. Namun masyarakat tidak ingin tinggal diam, mereka menuding bahwa pemerintahlah yang seharusnya paling bertanggung jawab. Masyarakat menilai pemerintah telah gagal dalam penegakan hukum untuk mencegah segala kerusakan dan pencemaran lingkungan. Di luar dari siapa yang salah dan siapa yang benar, seharusnya masyarakat maupun pemerintah saling bekerja sama untuk menangani permasalahan yang sudah terlanjur ada. Oleh karenanya diperlukan kesadaran dari masing-masing pribadi untuk menjaga lingkungan walaupun dimulai dari hal-hal yang kecil.

 Pendidikan lingkungan

Banyak wacana yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai usaha untuk mencegah kerusakan maupun pencemaran lingkungan. Dimulai dari memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang ancaman dari adanya kerusakan lingkungan sampai memberikan hukuman bagi pihak atau perorangan yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Namun nyatanya sampai sekarang masih banyak lingkungan yang mengalami kerusakan, bahkan pencemaran yang ada di lingkungan semakin mengkhawatirkan.

Masyarakat yang memiliki kecintaan terhadap lingkungan, secara otomastis akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungannya tetap asri. Tanpa adanya penyuluhan maupun ancaman, masyarakat memiliki kesadaran bahwa lingkungan sekitar tempat tinggalnya perlu di jaga demi kesejahteraan hidup mereka sendiri. Karena adanya kerusakan pada lingkungan justru mengancam kehidupan manusia dengan timbulnya bencana-bencana alam yang seringkali banyak menelan korban.

Pendidikan lingkungan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan, sehingga masyarakat menjadi sadar akan arti pentingnya lingkungan yang asri. Pendidikan tidak hanya bisa di dapat di bangku sekolah, tetapi juga bisa dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga.

Bentuk nyata pendidikan dalam keluarga mengenai lingkungan yaitu dengan mengajarkan anak-anak untuk membuang sampah di tempatnya, menaman pepohonan di pekarangan rumah sehingga bisa sambil mengajarkan anak-anak untuk merawat tanaman, serta banyak lagi yang bisa disampaikan oleh orang tua kepada anaknya untuk menanamkan rasa kecintaan terhadap lingkungan.

Selain dalam lingkungan keluarga, pendidikan juga dilaksanakan di sekolah sebagai sarana pendidikan formal. Pada kurikulum pembelajaran mulai dari tingkat SD, SMP, maupun SMA terdapat pembahasan mengenai lingkungan dan kegiatan-kegiatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Sehingga pada kegiatan pembelajaran di sekolah, guru sudah kerapkali menyampaikan tentang etika lingkungan maupun dampak buruk yang terjadi apabila lingkungan rusak atau tercemar. Pertanyaannya sekarang adalah apakah semua upaya tersebut sudah membuahkan hasil? Jawabannya dapat kita simpulkan sendiri dengan melihat langsung lingkungan sekitar kita. Berita mengenai bencana alam masih sering kita dengar atau kita baca di media cetak maupun media elektronik. Ini berarti kerusakan lingkungan masih terus berlangsung.

Pendidikan yang diberikan kepada siswa hendaknya memiliki kebermaknaan, tujuannya agar pengetahuan yang diterima oleh siswa nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya setelah mendapat pengetahuan mengenai proses fotosintesis, siswa memahami manfaat tumbuhan dalam menghasilkan O2 dan menyerap CO2 sehingga mereka memiliki kesadaran untuk menanam pohon dan menjaga lingkungan tetap asri. Kebermaknaan dalam kegiatan pembelajaran didapatkan dengan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat dan adanya prasarana yang mendukung.

Hutan kota

Dalam kegiatan pembelajaran, pada umumnya suatu konsep disampaikan secara teori sehingga pembelajaran berjalan searah. Setelah guru menyampaikan dampak yang terjadi akibat penggundulan hutan, tugas siswa hanyalah “menghapal” beberapa dampak tersebut, dan pengetahuannya sampai di sana saja. Akibatnya masih kurang menyentuh kesadaran siswa, sehingga hanya untuk menyadarkan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya pun masih sangat sulit.

Pendidikan yang dilaksanakan dengan menggunakan prasarana belajar, konsep yang diterima akan lebih bermakna. Dengan mempelajari bahwa tumpukan sampah dapat menghasilkan gas metana yang berbahaya, pemikiran anak akan sampai kepada proses daur ulang untuk mengurangi produksi sampah. Sehingga diharapkan dapat tercipta masyarakat asri yang ramah terhadap lingkungan.

Lingkungan sekitar sekolah dapat dijadikan sebagai prasarana dalam pendidikan lingkungan. Namun masalahnya adalah bagaimana kalau sekolahnya terletak di tengah perkotaan yang tentunya lahan yang rimbun sudah sangat jarang di temui.

Pembangunan di daerah perkotaan berkembang dengan pesat, yang semuanya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya pembangunan pabrik-pabrik industri maupun pembukaan lahan untuk dijadikan pemukiman penduduk. Selain itu untuk mempermudah transportasi, dibangunlah berbagai sarana seperti pembuatan dan pelebaran jalan. Semua pembangunan ini bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat. Namun nyatanya perkembangan tersebut malah merusak lingkungan dengan banyaknya sumbangan zat pencemar dari pabrik-pabrik maupun dari alat transportasi yang menyebabkan konsentrasi CO2 di lingkungan semakin meningkat.

Konsentrasi CO2 yang seimbang di lingkungan tentunya tidak akan menimbulkan masalah karena bermanfaat dalam proses fotosintesis, namun apabila konsentrasinya meningkat dan tanpa diimbangi dengan banyaknya jumlah tanaman di lingkungan sekitar maka akan menimbulkan yang namanya pencemaran udara. Oleh karena itu untuk mengimbanginya, perlu adanya hutan di tengah-tengah perkotaan.

Penempatan hutan di perkotaan tidak hanya menjadikan daerah perkotaan tersebut menjadi sejuk dan indah dipandang. Selain itu, hutan kota juga dapat menjadi prasarana untuk pendidikan lingkungan. Karena letaknya berada di tengah kota, tentunya penggunaan hutan kota sebagai prasarana pendidikan sangat memungkinkan. Siswa bisa di ajak berkeliling ke dalam hutan kota untuk merasakan sejuknya daerah dengan pepohonan yang rimbun, selanjutnya siswa dapat dikenalkan dengan berbagai jenis tanaman yang beranekaragam.

Dengan mengunjungi hutan, siswa mendapatkan pengetahuan mengenai jenis-jenis pohon yang ada, misalnya dengan memberi keterangan nama pohon-pohon beserta dengan ciri-ciri morfologinya pada setiap tanaman. Jenis-jenis pohon tersebut misalnya seperti ketapang (Terminalia catappa), akasia (Acacia auriculiformis), rambutan (Nephelium lappaceum), kayuputih (Melaleuca leucadendron) dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan begitu, siswa dapat melihat langsung bagian-bagian tanaman mulai dari bentuk daun, bunga dan buahnya.

Selain tanaman, pada habitat aslinya siswa mengetahui kalau di hutan terdapat berbagai hewan seperti burung yang membantu penyebaran biji maupun yang membantu proses penyebukan seperti kumbang. Dengan melihat secara langsung semua komponen yang seharusnya ada dalam suatu ekosistem, siswa dapat menyadari kalau merusak salah satu komponen tersebut maka akan berdampak kepada keseluruhan. Setelah adanya kesadaran pada masing-masing pribadi dan ditanamkan sejak dini, diharapkan nantinya akan tercipta masyarakat yang berpendidikan lingkungan. Agar segala kerusakan yang terjadi di lingkungan dapat berkurang. Semua upaya ini semata-mata demi anak cucu kita di masa yang akan datang, agar masih bisa menikmati kekayaan sumber daya hayati yang kita miliki saat ini.

REFERENSI

BanjarmasinPost. 2011. Kalsel urutan ketiga sungai paling tercemar. http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/4/14/82212/kalsel-urutan-ketiga-sungai-paling-tercemar .(19 April 2011). 

Kompas. 2009. Gila! Tingkat Kerusakan Hutan Kalsel Mencapai 1,174 Hektar. http://regional.kompas.com/read/2009/11/27/17431418/Gila.Tingkat.Kerusakaan.Hutan.Kalsel.Mencapai.1.174.Juta.Hektar.  (19 April 2011).


Ibadah Terindah

Suatu pengalaman yang sangat berharga, pada tanggal 1 Maret 2012 aku berkesempatan melaksanakan ibadah umrah bersama kedua orang tua. Perjalanan kami pun dimulai.

Orangtuaku

 Perjalanan yang kami tempuh dari Jakarta menuju Jeddah memakan waktu selama 9 jam, sesampainya di Jeddah yakni pukul 06.00 sore waktu setempat kamipun disibukkan dengan beberapa kali pemeriksaan paspor yang sempat membuat saya takut, heeee.....Tapi alhamdulillah semuanya berjalan lancar! 
Bandar Udara KIng Abdul Aziz
 Kemudian sekitar pukul 09.00 malam waktu setempat, kami beserta rombongan melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Dan akhirnya Alhamdulillah sekitar pukul 02.00 pagi kami tiba di Madinah. Saat pertama kali melihat menara-menara dari Masjid Nabawi tak terasa aku meneteskan air mata, suatu pengalaman yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setelah meletakkan barang-barang di Hotel Royal Al-Andalus, aku dan orangtuaku langsung menuju Masjid untuk melaksanakan Sholat Tahajud pertamaku di Masjid Nabawi. Semuanya terasa seperti mimpi....sangat indah....!
Halaman Mesjid Nabawi, Madinah
 Setelah menghabiskan waktu selama 5 hari di Madinah, kami melanjutkan perjalanan ke Mekkah. Perjalanan inti dari umrahku pun dimulai. Dari Madinah kami dianjurkan langsung menggunakan pakaian Ihram, yaitu pakaian serba putih yang menutup aurat kami sehingga yang boleh terlihat hanyalah wajah dan telapak tangan. Pakaian yang seharusnya tidak hanya digunakan oleh kaum hawa selama umrah saja, semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu menjaga aurat...amin ya rabbal alamin.....!
Dalam perjalanan menuju Mekkah, kami singgah di sebuah Masjid untuk berniat melaksanakan ibadah Umrah. Sekitar pukul 09.00 malam rombongan kami sampai di Mekkah. Lagi-lagi, tak akan ada pengalaman yang mampu menandingi pengalaman kita saat pertama kali melihat Ka'bah.... Pengalaman yang sangat indah....^_^v
Me and My mom...;)
Akhirnya setelah 16 hari kamipun harus segera pulang, saat perjalanan pulang menuju Bandara Abdul Azis di Jeddah terasa sangat menyedihkan karena berat rasanya meninggalkan Mekkah. Tempat yang membuatku merasa dengan Allah SWT, semoga perjalanan umrahku pertama ini tak menjadi perjalanan yang terakhir....T_T

Perilaku Hewan, Aspek Pendukung Kegiatan Konservasi


Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya dengan sumber hayati yang beranekaragam, keragaman hayati tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Keragaman spesies hewan dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan, obat-obatan dan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Selain hewan, tumbuhan yang ada juga beranekaragam. Ada tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan makanan, untuk obat-obatan serta sebagai penghias rumah. Semua keanekaragaman tersebut tentunya juga memiliki nilai ekonomis bagi manusia. 

Keragaman hayati juga berperan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, karena setiap spesies sebenarnya saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Dalam rantai makanan, apabila salah satu komponen tidak ada atau menghilang akan menyebabkan keseimbangan terganggu, misalnya akan menimbulkan yang namanya hama tanaman. Misal pada rantai makanan dimana padi berperan sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I serta ular sebagai konsumen II. Kalau dalam rantai makanan tersebut ular tiba-tiba menghilang karena diburu oleh manusia, maka akan menyebabkan peningkatan pada jumlah populasi tikus. Akibatnya petani akan mengalami kerugian karena adanya tikus dalam jumlah yang besar karena menjadi hama bagi tanaman padi.

Bukti nyata kalau keseimbangan ekosistem telah terganggu dapat dilihat dari adanya wabah ulat bulu yang baru-baru ini terjadi. Seandainya predator (pemangsa) ulat bulu berupa burung  menjalankan perannya, tentu jumlah dari populasi ulat bulu tidak akan melonjak karena pada dasarnya Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini secara seimbang. Selain fenomena ulat bulu, seringkali kita dengar berita tentang monyet yang tiba-tiba menyerang pemukiman penduduk. Perilaku monyet yang diluar kebiasaan ini sebagai akibat karena terganggunya habitat asli mereka. Adanya kegiatan manusia yang membuka lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, menyebabkan monyet kehilangan habitatnya. Akhirnya monyet mencari sumber makanan lain yaitu dari pemukiman atau dari lahan pertanian penduduk. Fenomena inilah yang memunculkan istilah hama tanaman yang sebenarnya tidak akan ada seandainya keseimbangan ekosistem tidak terganggu.

Terganggunya keseimbangan ekosistem sebagian besar dikarenakan kegiatan manusia. Lahan gambut yang seharusnya menjadi daerah resapan saat musim hujan dan penyedia air pada saat musim kemarau, beralih fungsinya menjadi lahan pertanian. Hutan dibuka dan dijadikan daerah pemukiman penduduk serta sarana transportasi, akibatnya hewan-hewan yang ada di habitatnya terganggu, dan yang lebih parah lagi hewan tersebut ada yang hampir punah karena perburuan liar.

Bagai bola yang bergulir, dampaknya tidak hanya sampai disini karena semuanya saling berkaitan. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas CO2 sebagai konsekuensi dari perkembangan pembangunan, karena tidak diimbangi dengan banyaknya tanaman akibat penggundulan hutan, dapat berakibat buruk bagi lingkungan. Salah satunya yaitu dapat menimbulkan pemanasan global karena semakin meningkatnya gas rumah kaca seperti gas CO2.

Pemanasan global mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi. Fenomena ini secara tidak langsung akan menyebabkan timbulnya fenomena seleksi alam. Spesies yang tidak terlalu sensitif dengan perubahan suhu akan bertahan hidup dan terus berkembangbiak, sebaliknya spesies yang sangat sensitif dengan perubahan suhu akan terganggu bahkan dapat menyebbakan kepunahan. Hewan yang diketahui sangat sensitif terhadap perubahan suhu diantaranya yaitu kadal, kodok dan terumbu karang.   

Kadal merupakan salah satu komponen dalam rantai makanan yaitu sebagai makanan bagi hewan pemangsa, sehingga dengan punahnya kadal, akan menyebabkan putusnya rantai makanan. Tidak hanya sampai di sini, hewan lain yang merupakan pemangsa kadal akan ikut terganggu karena kekurangan makanan.

Selain kadal, kodok juga juga sangat bergantung kepada perubahan iklim atau suhu. Proses perkembanganbiakan katak bergantung kepada iklim. Katak cenderung melakukan perkawinan pada musim dingin, dengan adanya perubahan iklim, proses perkawinan katak menjadi terganggu sehingga berdampak pada keberlangsungan spesiesnya.

Terumbu karang merupakan tempat berlindung beberapa spesies ikan kecil dari gangguan ikan lain yang berperan sebagai pemangsa. Rusaknya terumbu karang akan mengakibatkan ikan-ikan kecil kehilangan tempat berlindung dan sumber makanan sehingga jumlahnya berkurang. Berkurangnya jumlah ikan kecil kembali lagi akan berdampak bagi ikan-ikan pemangsa, dan akhirnya akan berdampak manusia. Ikan selain merupakan bahan konsumsi juga bernilai ekonomis bagi manusia.

Sekarang ini bahkan sudah banyak hewan yang dinyatakan hamper punah, bahkan ada pula hewan yang sudah dinyatakan punah. Hewan puma timur (Puma concolor couguar) misalnya telah dinyatakan punah di negara amerika serikat, sehingga upaya konservasi yang rencananya akan dilakukan mandeg karena tidak dijumpai satu ekor pun lagi di habitatnya. (Kompas, 2011). Selain itu menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), hewan kubung (Flying lemur) termasuk ke dalam daftar merah yang artinya termasuk satwa terancam punah (Kompas, 2009).

Mau tidak mau, kepunahan spesies sudah ada di depan mata. Oleh karena itu upaya untuk menanggulanginya perlu segera dilaksanakan. Salah satunya dengan melakukan kegiatan konservasi. Berhasil tidaknya upaya konservasi hewan harus dilakukan sesuai dengan prinsip dan tujuan dari konservasi itu sendiri.

Konservasi

Konservasi dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan hewan yang terancam punah, agar keragaman hayati yang ada di alam tetap terjaga. Konservasi dapat dilaksanakan di dalam habitatnya sendiri maupun di luar habitat aslinya. Kegiatan ini dapat dilakukan selama masih ada spesies yang tersisa, apabila spesiesnya sudah punah maka upaya koservasi mustahil untuk dilakukan. Oleh karena itu, sebelum hewan yang ada di alam terancam punah, perlu di jaga dan dilestarikan.

 Perilaku Hewan

Kegiatan konservasi sudah banyak dilakukan, akan tetapi masih tidak sesuai dengan prinsip konservasi itu sendiri. Akibatnya malah akan “menyakiti” hewan tersebut dan kegiatan konservasi tidak berjalan seperti yang seharusnya. Hewan yang hidup di habitat aslinya, memiliki berbagai perilaku yang khas. Dimulai dari jenis makanannya, kegiatannya sehari-hari, cara berbiak yang khas sampai cara untuk memikat pasangannya. Dimana semua kegiatan ini harus berjalan sebagaimana mestinya.

Jenis makanan hewan berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, bahkan dalam satu jenis hewan ada perbedaan dari segi makanannya. Pada burung misalnya, ada burung yang memakan biji-bijian dan ada juga yang memakan ikan bahkan daging. Agar semua hewan-hewan tersebut dapat terus bertahan hidup, maka jenis makanannya perlu diperhatikan dengan baik.

Kegiatan sehari-hari atau kegiatan alami hewan bermacam-macam, ada yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan terbang, ada yang bergelantungan di pohon dan ada yang  merayap di tanah. Dalam habitat aslinya, semua kegiatan tersebut dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun pada hewan yang sedang dalam proses konservasi, tidak jarang kebiasaan tersebut sedikit terhambat. Pada burung misalnya, sangkar burung yang kecil tentunya tidak dapat mendukung kegiatannya yang sering terbang dengan daya jelajah yang tinggi pada habitat aslinya untuk mencari makan. Terganggunya kegiatan alami hewan dapat menyebabkan hewan-hewan tersebut kehilangan insting alaminya dan apabila dilepas kembali ke alam liar akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi. 

Untuk mempertahankan spesienya agar tidak punah, hewan dapat berkembangbiak. Cara perkembangbiakan hewan berbeda antara spesies yang satu dengan spesies yang lainnya. Sebelum kawinpun, masing-masing hewan memiliki cara khusus untuk menarik perhatian pasangannya. Perlunya memperhatikan perilaku hewan ini bertujuan agar hewan tetap merasa nyaman seperti dalam habitat aslinya.

Kegiatan konservasi tanpa memperdulikan perilaku hewan malah akan mengganggu aktivitas alaminya, akibatnya kehidupannya akan terganggu dan perkembangbiakannya dapat terhambat. Mengingat pentingnya kegiatan konservasi ini, maka segala sesuatunya harus diperhatikan dengan baik.

Referensi:

Kompas. 2009. Berita Foto: Hewan Terancam Punah. http://sains.kompas.com/read/2009/06/05/19024446/BERITA.FOTO.Hewan.Terancam.Punah.  (25 April 2011).

Kompas. 2011. Spesies Puma Timur dinyatakan Punah. http://sains.kompas.com/read/2011/03/03/18280827/Spesies.Puma.Timur.Dinyatakan.Punah. (25 April 2011).

PENGENDALIAN HAYATI HAMA DAN SERANGGA PENGGANGGU TANAMAN

Dalam ekosistem pertanian, terdapat keanekaragaman hayati, baik hewan maupun tumbuhannya. Dalam keanekaragaman tersebut ada hubungan yang saling menguntungkan maupun yang saling merugikan. Diantaranya yaitu hubungan antara tanaman dengan hama pengganggu  yang merugikan salah satu pihak.

Hama pengganggu tanaman pada kakao misalnya yaitu hama penggerek buah kakao (Conopomorphacramerella) yang menyebabkan biji tidak berkembang, kepik penghisap buah (Helopeltisspp) yang menyebabkan buah kering dan mati serta penyakit busuk buah (Phytophthorapalmivora). Hama tersebut dapat merusak hasil panen sehingga dapat merugikan petani (Muntarjo, 2008). Olehkarena itu perlu dilakukan upaya untuk menanggulanginya.

Selama ini dalam menganggulangi hama pada tanaman kakao, petani cenderung menggunakan cara kimia, yaitu menggunakan pestisida. Padahal menurut Girsang (2009) pestisida menimbulkan dampak negatif. Diantaranya yaitu berpengaruh negative terhadap kesehatan manusia, terhadap kualitas lingkungan, dan  yang ketiga penggunaan pestisida dapat meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman. Melihat dampak negative tersebut, maka petani perlu menggunakan alternatif lain dalam pengendalian hama yang tentunya lebih aman bagi manusia dan lingkungan.

Alternatif lain yang lebih aman bagi lingkungan dalam mengendalikan hama yaitu dengan memanfaatkan keragaman hayati ekosistem yang ada di lingkungan sekitar. Dengan memahami organisme yang ada di sekitarnya, kita dapat menemukan hubungan saling menguntungkan antara organisme yang ada dalam suatu ekosistem. Hubungan yang saling menguntungkan inilah yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama secara hayati.

Pengendalian hama secara hayati diantaranya dengan menggunakan musuh alami dari hama. Menurut Setyaningsih (2010) musuh alami terbagi menjadi tiga, diantaranya yaitu predator (pemangsa), parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain yang menyebabkan kematian sekaligus.

Ada empat spesies serangga yang berperan sebagai predator karena dapat memangsa hama penggerek buah kakao, diantaranya yaitu Oecophyllasmaragdina (semut rang rang), Crematogastersp (semut hitam), Anoplolepislongipes, dan Iridomyrmexsp (Kompas, 2007).

Semut rangrang diketahui dapat melindungi coklat dari serangan kepik, sehingga meningkatkan mutu dan jumlah hasil panen (SuaraMerdeka, 2010). Selain semut rangrang, semut hitam (Crematogastersp) juga berperan sebagai pemangsa pada kepompong penggerek buah kakao (Setyaningsih, 2010). Selain itu menurut Suprapno (2010) semburan kencing semut hitam juga dapat mengusir hama karena terasa pedih. Semut hitam(Crematogastersp) juga mampu mengusir hama pengisap buah Helopeltis. Setelah mengetahui bahwa semut ternyata dapat berperan dalam pengendlaian hama secara hayati, maka semut hitam perlu dipelihara di pohon kakao dengan memakai daun kelapa (dan gula merah) dalam sepotong bamboo atau ikatan daun kelapa yang telahkering sebagai sarang (Dirjen Perkebunan, 2010).

Selainsemut, laba-laba juga merupakan musuh alami bagi hama di kebun kakao. Diantaranya yaitu laba-laba lompat (family Salticidae), laba-laba serigala (family Lycosidae) yang memakan hama seperti Helopeltis, laba-laba kepiting (family Thomisidae), laba-laba bermata tajam (family Oxyopidae) dan laba-laba pembuat jaring (family Araneidae) (Setyaningsih, 2010).

Selain pada kebun kakao, pada kebun kopi juga terdapat musuh alami dalam mengendalikan hama. Musuh alaminya yaitu berupa burung predator seperti Pipit Perut Kuning (Lopozosteropssuperciliaris), Punglor(Zootheradohertyi) danCekakak Paruh  Biru(Caridonaxsp), Sriti (Collocalialinchi), serta Alap-alap(Spizaetusfloris). Jenis burung ini  diketahui memangsa larva dan serangga perusak tanaman kopi, namun sayangnya masyarakat sekitar cenderung memburu burung tersebut untuk dijual karena memiliki nilai tinggi seperti burung Punglor (Zootheradohertyi) (Majalah Salam, 2008).

Penggunaan musuh alami dalam mengendalikan hama dan serangga pengganggu tanaman selain relative lebih  ringan  darisegi biaya, juga lebih aman dari segi lingkungan serta secara tidak langsung ikut melestarikan keragaman ekosistem yang ada  disekitar. Oleh karena itu pengendalian hama secara hayati perlu lebih dikembangkan.

 REFERENSI
Dirjen Perkebunan. 2010. JanganRemehkanSemut di KebunKakao.http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=49:jangan-remehkan-semut-di-kebun-kakao&catid=15:home. (27Maret 2011).

Girsang, Warlinson. 2009. DampakNegatifPenggunaanPestisida. http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan-pestisida/. (30Maret 2011).

Kompas. 2007. Mengusir Hama PenggerekBuahKakaodenganSemut. http://mediatani.wordpress.com/2007/10/31/mengusir-hama-penggerek-buah-kakao-dengan-semut/ . (27Maret 2011).

Majalah Salam (2008).Pengendalian Hama SecaraEkologis.http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/22-pengendalian-hama-secara-ekologis .   (27 Maret 2011).

Muntarjo, Hendro. 2008. Hama/PenyakitUtamaPadaTanamanKakao Dan Teknik Pengendaliannya.http://hendromuntarjo.wordpress.com/2008/01/17/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao-dan-teknik-pengendaliannya/. (27 Maret 2011).

SaefudindanRiniSolihat. 2009. EkologiHewan. http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/197902132001122%20%20RINI%20SOLIHAT/Sample%20of%20Hand%20Out%20Animal%20Ecology.pdf. (27 Maret 2011).

Setyaningsih, Retno B. 2010. MusuhAlamiTemanPetaniKakao. http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=75:musuh-alami-teman-petani-kakao&catid=15:home. (27Maret 2011).

SuaraMerdeka. 2010. SemutRangrang, Si pedas yang Cerdas. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/08/27/121866/Semut-Rangrang-si-Pedas-yang-Cerdas.  (27 Maret 2011).

Suprapno. 2010. KencingSemutHitamDongkrakPopulasiKakao. http://jhonathansmrt.wordpress.com/2010/01/18/kencing-semut-hitam-dongkrak-produksi-kakao/. (27 Maret 2011).