Sabtu, 20 Oktober 2012

PEMANASAN GLOBAL DAN CARA MENGATASINYA


Setiap harinya permukaan bumi menerima panas dari matahari, yang kemudian akan diserap oleh permukaan bumi dan sebagian lagi akan dipantulkan kembali. Pemantulan kembali panas dari matahari tersebut bertujuan agar panas yang diterima oleh permukaan bumi tidak terlalu tinggi, sehingga keseimbangan ekosistem yang ada di bumi terjaga. Namun apabila panas dari matahari tersebut tidak dipantulkan kembali, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang biasa disebut dengan pemanasan global.

Pemanasan global ditandai dengan adanya peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, peningkatan suhu ini terjadi karena panas matahari yang seharusnya dipantulkan kembali, terperangkap di atmosfer bumi. Menurut earth observatory (2011) suhu rata-rata dipermukaan bumi meningkat dari 0,6 sampai 0,9 derajat celcius diantara tahun 1906 sampai 2005, dan kenaikan suhu hampir dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Terperangkapnya panas matahari berupa radiasi di atmosfer tersebut menurut Junaidi (2010) dikarenakan menumpuknya jumlah gas rumah kaca. Dengan adanya penumpukan gas rumah kaca tersebut, maka radiasi gelombang yang dipancarkan bumi akan diserap dan dipantulkan kembali sehingga tersimpan di permukaan bumi. 

Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global diantaranya yaitu uap air yang menyebabkan sekitar 36-70% dari efek rumah kaca, karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan 9-26%, metana (CH4) yang menyebabkan 4-9% dan ozon (O3) yang menyebabkan 3-7% dari efek rumah kaca (Wikipedia, 2011).

Peristiwa pemanasan global dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan, diantaranya berupa bencana dan fenomena alam yang semakin tidak terkendali. Oleh karena itu upaya untuk mengatasi semakin meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi harus segera dilakukan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi pemanasan global salah satunya yaitu dengan meningkatkan kesadaran pada diri masing-masing untuk menjaga lingkungan. Diantaranya yaitu dengan menggunakan barang-barang yang dapat di daur ulang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan barang yang dapat di daur ulang, secara tidak langsung akan mengurangi produksi sampah. Dengan berkurangnya produksi sampah, maka produksi gas metana juga akan ikut berkurang. Karena menurut Alpensteel (2011) 1 ton sampah dapat menghasikan 50 kg gas metana, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 apabila sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau sekitar 190 ribu ton/tahun, akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Apabila setiap orang mampu mengurangi sampah yang dihasilkannya setiap hari, tentu juga akan mengurangi emisi gas metana sehingga penumpukan gas rumah kaca dapat berkurang.

Selain metana (CH4), karbon dioksida (CO2) juga berperan sebagai gas rumah kaca. Adanya karbon dioksida (CO2) sebenarnya tidak akan berdampak buruk apabila hutan dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Tetapi kenyataannya semakin banyak hutan yang mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan konsentrasi karbon dioksida (CO2) semakin meningkat. Kerusakan hutan ini disebabkan karena tingkat kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan yang masih sangat rendah. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan.

Hutan yang mengalami kerusakan dapat disatbilkan melalui proses suksesi. suksesi berupa perkembangan ekosistem yang tidak seimbang, atau berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula (Arianto, 2008). Proses suksesi dapat terjadi secara alami dengan adanya bantuan hewan yang berperan dalam penyebaran biji, salah satunya yaitu burung pemakan buah.

Selain burung pemakan buah, musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) juga berperan dalam menyebarkan biji kopi. Musang yang memakan buah kopi, kemudian akan  mengeluarkan bijinya melalui kotoran. Dengan begitu secara tidak langsung akan terjadi penyebaran biji ke berbagai daerah sesuai dengan daerah jelajah musang, biji tersebut kemudian akan tubuh dan berkembang sehingga hutan yang gundul menjadi rindang kembali. Dengan semakin banyaknya hutan yang rindang, secara tidak langsung akan membantu mengurangi konsentrasi gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Oleh karena itu segala komponen yang ada pada ekosistem harus di jaga agar tetap seimbang sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

REFERENSI

Alpensteel. 2011. Penyebab Pemanasan Global pada Bumi. http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1582--penyebab-pemanasan-global-pada-bumi.html .  (30 Maret 2011).

Arianto. 2008. Pengertian Suksesi. http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html.  (30 Maret 2011).

Earth Observatory. 2011. Global Warming.  http://earthobservatory.nasa.gov/Library/GlobalWarming/. (30 Maret 2011).

Junaidi, Wawan. 2010. Penyebab Pemanasan Global. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/05/penyebab-pemanasan-global-atau-global.html.  (30 Maret 2011).

Partasasmita, Ruhyat. 2010. Ekologi Burung Pemakan Buah dan Peranannya Sebagai Penyebar Biji. http://www.scribd.com/doc/8757129/Ekologi-Burung-Pemakan-Buah-Dan.  (30 Maret 2011).

Setia, Tatang Mitra. 2008. Penyebaran Biji Oleh Satwa Liar di Kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.  http://biologi.unas.ac.id:8080/web_biologi/publikasi/Penyebar%20biji.pdf . (30 Maret 2011).

Wikipedia. 2011. Perubahan Suhu. http://en.wikipedia.org/wiki/Global_warming.  (30 Maret 2011).




3 komentar:

  1. Terima kasih untuk inspirasinya. Salam kenal. http://www.AudisiMitraPengusaha.com

    BalasHapus
  2. menurut sy pencegahan global warming dari yg paling gampang aja, beli botol minum sendiri daripada tiap hari beli air mineral dlm plastik.

    BalasHapus