Sabtu, 20 Oktober 2012

Perilaku Hewan, Aspek Pendukung Kegiatan Konservasi


Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya dengan sumber hayati yang beranekaragam, keragaman hayati tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Keragaman spesies hewan dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan, obat-obatan dan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Selain hewan, tumbuhan yang ada juga beranekaragam. Ada tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan makanan, untuk obat-obatan serta sebagai penghias rumah. Semua keanekaragaman tersebut tentunya juga memiliki nilai ekonomis bagi manusia. 

Keragaman hayati juga berperan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, karena setiap spesies sebenarnya saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Dalam rantai makanan, apabila salah satu komponen tidak ada atau menghilang akan menyebabkan keseimbangan terganggu, misalnya akan menimbulkan yang namanya hama tanaman. Misal pada rantai makanan dimana padi berperan sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I serta ular sebagai konsumen II. Kalau dalam rantai makanan tersebut ular tiba-tiba menghilang karena diburu oleh manusia, maka akan menyebabkan peningkatan pada jumlah populasi tikus. Akibatnya petani akan mengalami kerugian karena adanya tikus dalam jumlah yang besar karena menjadi hama bagi tanaman padi.

Bukti nyata kalau keseimbangan ekosistem telah terganggu dapat dilihat dari adanya wabah ulat bulu yang baru-baru ini terjadi. Seandainya predator (pemangsa) ulat bulu berupa burung  menjalankan perannya, tentu jumlah dari populasi ulat bulu tidak akan melonjak karena pada dasarnya Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini secara seimbang. Selain fenomena ulat bulu, seringkali kita dengar berita tentang monyet yang tiba-tiba menyerang pemukiman penduduk. Perilaku monyet yang diluar kebiasaan ini sebagai akibat karena terganggunya habitat asli mereka. Adanya kegiatan manusia yang membuka lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, menyebabkan monyet kehilangan habitatnya. Akhirnya monyet mencari sumber makanan lain yaitu dari pemukiman atau dari lahan pertanian penduduk. Fenomena inilah yang memunculkan istilah hama tanaman yang sebenarnya tidak akan ada seandainya keseimbangan ekosistem tidak terganggu.

Terganggunya keseimbangan ekosistem sebagian besar dikarenakan kegiatan manusia. Lahan gambut yang seharusnya menjadi daerah resapan saat musim hujan dan penyedia air pada saat musim kemarau, beralih fungsinya menjadi lahan pertanian. Hutan dibuka dan dijadikan daerah pemukiman penduduk serta sarana transportasi, akibatnya hewan-hewan yang ada di habitatnya terganggu, dan yang lebih parah lagi hewan tersebut ada yang hampir punah karena perburuan liar.

Bagai bola yang bergulir, dampaknya tidak hanya sampai disini karena semuanya saling berkaitan. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas CO2 sebagai konsekuensi dari perkembangan pembangunan, karena tidak diimbangi dengan banyaknya tanaman akibat penggundulan hutan, dapat berakibat buruk bagi lingkungan. Salah satunya yaitu dapat menimbulkan pemanasan global karena semakin meningkatnya gas rumah kaca seperti gas CO2.

Pemanasan global mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi. Fenomena ini secara tidak langsung akan menyebabkan timbulnya fenomena seleksi alam. Spesies yang tidak terlalu sensitif dengan perubahan suhu akan bertahan hidup dan terus berkembangbiak, sebaliknya spesies yang sangat sensitif dengan perubahan suhu akan terganggu bahkan dapat menyebbakan kepunahan. Hewan yang diketahui sangat sensitif terhadap perubahan suhu diantaranya yaitu kadal, kodok dan terumbu karang.   

Kadal merupakan salah satu komponen dalam rantai makanan yaitu sebagai makanan bagi hewan pemangsa, sehingga dengan punahnya kadal, akan menyebabkan putusnya rantai makanan. Tidak hanya sampai di sini, hewan lain yang merupakan pemangsa kadal akan ikut terganggu karena kekurangan makanan.

Selain kadal, kodok juga juga sangat bergantung kepada perubahan iklim atau suhu. Proses perkembanganbiakan katak bergantung kepada iklim. Katak cenderung melakukan perkawinan pada musim dingin, dengan adanya perubahan iklim, proses perkawinan katak menjadi terganggu sehingga berdampak pada keberlangsungan spesiesnya.

Terumbu karang merupakan tempat berlindung beberapa spesies ikan kecil dari gangguan ikan lain yang berperan sebagai pemangsa. Rusaknya terumbu karang akan mengakibatkan ikan-ikan kecil kehilangan tempat berlindung dan sumber makanan sehingga jumlahnya berkurang. Berkurangnya jumlah ikan kecil kembali lagi akan berdampak bagi ikan-ikan pemangsa, dan akhirnya akan berdampak manusia. Ikan selain merupakan bahan konsumsi juga bernilai ekonomis bagi manusia.

Sekarang ini bahkan sudah banyak hewan yang dinyatakan hamper punah, bahkan ada pula hewan yang sudah dinyatakan punah. Hewan puma timur (Puma concolor couguar) misalnya telah dinyatakan punah di negara amerika serikat, sehingga upaya konservasi yang rencananya akan dilakukan mandeg karena tidak dijumpai satu ekor pun lagi di habitatnya. (Kompas, 2011). Selain itu menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), hewan kubung (Flying lemur) termasuk ke dalam daftar merah yang artinya termasuk satwa terancam punah (Kompas, 2009).

Mau tidak mau, kepunahan spesies sudah ada di depan mata. Oleh karena itu upaya untuk menanggulanginya perlu segera dilaksanakan. Salah satunya dengan melakukan kegiatan konservasi. Berhasil tidaknya upaya konservasi hewan harus dilakukan sesuai dengan prinsip dan tujuan dari konservasi itu sendiri.

Konservasi

Konservasi dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan hewan yang terancam punah, agar keragaman hayati yang ada di alam tetap terjaga. Konservasi dapat dilaksanakan di dalam habitatnya sendiri maupun di luar habitat aslinya. Kegiatan ini dapat dilakukan selama masih ada spesies yang tersisa, apabila spesiesnya sudah punah maka upaya koservasi mustahil untuk dilakukan. Oleh karena itu, sebelum hewan yang ada di alam terancam punah, perlu di jaga dan dilestarikan.

 Perilaku Hewan

Kegiatan konservasi sudah banyak dilakukan, akan tetapi masih tidak sesuai dengan prinsip konservasi itu sendiri. Akibatnya malah akan “menyakiti” hewan tersebut dan kegiatan konservasi tidak berjalan seperti yang seharusnya. Hewan yang hidup di habitat aslinya, memiliki berbagai perilaku yang khas. Dimulai dari jenis makanannya, kegiatannya sehari-hari, cara berbiak yang khas sampai cara untuk memikat pasangannya. Dimana semua kegiatan ini harus berjalan sebagaimana mestinya.

Jenis makanan hewan berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, bahkan dalam satu jenis hewan ada perbedaan dari segi makanannya. Pada burung misalnya, ada burung yang memakan biji-bijian dan ada juga yang memakan ikan bahkan daging. Agar semua hewan-hewan tersebut dapat terus bertahan hidup, maka jenis makanannya perlu diperhatikan dengan baik.

Kegiatan sehari-hari atau kegiatan alami hewan bermacam-macam, ada yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan terbang, ada yang bergelantungan di pohon dan ada yang  merayap di tanah. Dalam habitat aslinya, semua kegiatan tersebut dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun pada hewan yang sedang dalam proses konservasi, tidak jarang kebiasaan tersebut sedikit terhambat. Pada burung misalnya, sangkar burung yang kecil tentunya tidak dapat mendukung kegiatannya yang sering terbang dengan daya jelajah yang tinggi pada habitat aslinya untuk mencari makan. Terganggunya kegiatan alami hewan dapat menyebabkan hewan-hewan tersebut kehilangan insting alaminya dan apabila dilepas kembali ke alam liar akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi. 

Untuk mempertahankan spesienya agar tidak punah, hewan dapat berkembangbiak. Cara perkembangbiakan hewan berbeda antara spesies yang satu dengan spesies yang lainnya. Sebelum kawinpun, masing-masing hewan memiliki cara khusus untuk menarik perhatian pasangannya. Perlunya memperhatikan perilaku hewan ini bertujuan agar hewan tetap merasa nyaman seperti dalam habitat aslinya.

Kegiatan konservasi tanpa memperdulikan perilaku hewan malah akan mengganggu aktivitas alaminya, akibatnya kehidupannya akan terganggu dan perkembangbiakannya dapat terhambat. Mengingat pentingnya kegiatan konservasi ini, maka segala sesuatunya harus diperhatikan dengan baik.

Referensi:

Kompas. 2009. Berita Foto: Hewan Terancam Punah. http://sains.kompas.com/read/2009/06/05/19024446/BERITA.FOTO.Hewan.Terancam.Punah.  (25 April 2011).

Kompas. 2011. Spesies Puma Timur dinyatakan Punah. http://sains.kompas.com/read/2011/03/03/18280827/Spesies.Puma.Timur.Dinyatakan.Punah. (25 April 2011).

0 komentar:

Posting Komentar